PANDUAN MUSEUM JENDERAL A. YANI
Sasmitaloka
Pahlawan Revolusi A. Yani yang terletak di Jl. Lembang D 58, Menteng,
Jakarta Pusat, adalah sebuah monumen. Bangunan monumen tersebut
berbentuk sebuah memorial museum untuk mengenang dan mengabadikan
perjuangan Jenderal TNI Anumerta A. Yani dan para Pahlawan Revolusi
lainnya yang gugur akibat pemberontakan dan kebiadaban G 30 S/PKI.
Pemakaian nama museum "Sasmitaloka Pahlawan
Revolusi A. Yani", mengandung maksud "tempat semangat juang, jasa,
pengabdian dan pengorbanan Pahlawan Revolusi A. Yani dan para Pahlawan
Revolusi lainnya diabadikan" Sesuai dengan arti harfiah kata Sasmita
berarti isyarat, firasat dan wangsit, pengeling-ngeling; loka berarti
tempat, sedang nama Pahlawan Revolusi adalah penghargaan yang
diberikan oleh negara sebagai penghormatan kepada para Pahlawan Kusuma
Bangsa yang gugur bersama-sama pada dini hari, tanggal 1 Oktober
1965, akibat ulah brutal dari segolongan manusia yang hendak menikam
dan merobek-robek Pancasila.
Adapun bangunan
yang dipakai sebagai monumen/memorial museum itu semula merupakan
rumah tempat tinggal pribadi keluarga Jenderal TNI Anumerta A. Yani
yang pada saat terakhir menjabat Menteri/Panglima TNI AD. Beliau
sekeluarga mendiami rumah ini semenjak masih berpangkat Letnan
Kolonel, sedangkan selaku Men/Pangad beliau tinggal di rumah dinas, di
jalan Diponegoro yang sekarang menjadi Wisma A. Yani, rumah pribadi
ini diserahkan oleh Ibu Yani atas nama keluarga A. Yani kepada TNI AD
dengan harapan agar rumah tersebut dapat menjadi sarana penyampaian
maksud sebagai tempat mengenang dan mengambil tauladan perjuangan
Jenderal TNI Anumerta A. Yani dan para Pahlawan Revolusi lainnya.
Upacara
penyerahan gedung Sasmitaloka dari Ibu Yani sekeluarga kepada
Men/Pangad Letnan Jenderal TNI Soeharto (Presiden RI II) dilakukan
pada hari jum'at Kliwon tanggal 30 September 1966 dalam suatu upacara
yang sederhana. Gedung tersebut selanjutnya pada tanggal 1 Oktober
1966 diresmikan menjadi memorial museum Sasmitaloka Pahlawan Revolusi
A. Yani yang pengelolaan serta pembinaannya oleh Pimpinan TNI AD
dipercayakan kepada Dinas Pembinaan Mental TNI AD.
Ruang I : Ruang Tunggu.
Ruang
ini diberi nama Ruang Tunggu. Para tamu yang datang biasanya menunggu
di ruang ini sebelum resmi diterima almarhum Jenderal TNI A. Yani di
ruang lain. Almarhum dahulu juga menggunakan ruangan ini untuk
menerima tamu-tamu yang belum pernah bertamu ke rumah beliau. Dalam
ruangan ini terdapat beberapa etalage yang berisi benda-benda koleksi
berupa cindera mata dari berbagai daerah dan Negara, antara lain :
Cindera mata yang diterima dari beberapa dinas, departemen atau dari
teman-teman beliau yang berupa vandel, model-model senjata,
lambang-lambang, medali, gading gajah dan lain-lain.
Ruang II : Ruang Ajudan.
Ruangan
ini dahulunya dipakai sebagai kamar kerja ajudan. Di sini terdapat
beberapa perlengkapan (equipment) kerja yang susunan (formation
composition) dan letaknya tidak mengalami perubahan, jadi masih sama
seperti semasa hidup almarhum Jenderal TNI Anumerta A. Yani. Dalam
ruang ini terdapat beberapa etalage dan potret-potret yang
menggambarkan pelbagai keadaan sewaktu almarhum menjabat Men/Pangad
Ruang III : Ruang Santai.
Sesuai
dengan namanya di ruangan ini almarhum Jenderal TNI A. Yani duduk
bersantai, setelah seharian bekerja di kantor, sambil membaca dan
mengawasi putera-puterinya bermain ayunan. Tepat di depan ruangan ini
terdapat taman untuk bermain anak-anak. Tidak jarang pula beliau tidur
terlelap di kursi panjang. Di ruang ini juga disimpan Stick GoIf,
salah satu olah raga kegemaran almarhum, aquarium, foto-foto dan
lain-lain
Ruang IV : Ruang Khusus/Kerja.
Selama
Jenderal TNI Anumerta A. Yani menjabat sebagai Men/Pangad disinilah
beliau menjalankan tugasnya dan di ruangan ini pula beliau mengadakan
briefing dengan asisten-asistennya. Di samping benda-benda yang
terletak di dalam maupun di luar etalase, di ruangan ini terdapat
sebuah plat kuning (plate yellow) dengan tulisan yang berbunyi
sebagai berikut :
Dengan ini kami :
Yayu Rulia Sutodiwiryo Ahmad Yani beserta putera-puteri, menyerahkan rumah lengkap dengan isinya kepada TNI AD.
Jakarta, 1 Oktober 1966
Di
ruangan ini juga terdapat lukisan cat minyak ukuran besar persembahan
Mayor Jenderal TNI Umar Wirahadi Kusumah yang pada saat itu menjabat
Pangkostrad (mantan Wakil Presiden RI). Lukisan yang menggambarkan
penculikan Jenderal TNI Anumerta A. Yani ini diberi nama "Subuh yang
berdarah".
Ruang V : Ruang Makan.
Ruangan ini dibagi menjadi 2 bagian dengan lampu pemisah, yaitu sebagai ruang makan dan bar.
Ruang VI : Ruang Tidur Jenderal A. Yani.
Ruang
tidur Jenderal TNI Anumerta A. Yani tidak terlalu besar Bila kedua
putera laki-laki almarhum ikut tidur di kamar ini Almarhum sering
tidur di lantai beralaskan kasur karena tempat tidur beliau yang
terbuat dari kayu tidak terlalu besar dan masih tetap utuh keadaannya.
Di
sudut atas ruang tidur terdapat tanda bekas sambaran halilintar yang
merupakan firasat bagi Ibu A. Yani. Di dalam ruangan ini juga
tersimpan senjata otomatis Thompson yang pernah dipergunakan oleh
gerombolan G 30 S/PKI untuk memberondong Jenderal TNI Anumerta A. Yani
lengkap dengan sisa pelurunya. Senjata LE Cal 7,62 buatan
Cekoslovakia untuk memberondong Letnan Jenderal TNI Anumerta S.
Parman. Kita jumpai pula senjata Owengun yang dipergunakan untuk
menembak pimpinan G 30 S/PKI DN Aidit dan tokoh pemberontak lainnya di
Jawa Tengah dalam Operasi Penumpasan PKI pada tahun 1965.
Di
sini tersimpan pula replika pakaian tidur baju lengan pendek
kesayangan beliau yang digunakan oleh Ibu A. Yani untuk mengepel dan
membersihkan lantai yang penuh dengan lumuran darah beliau. Baju itu
merupakan hadiah ulang tahun yang tidak akan pernah dilupakan oleh Ibu
A. Yani. Gaji terakhir beliau bulan Obtober 1965 sebesar Rp.
120.000.- (uang lama) yang belum sempat diberikan kepada Ibu A. Yani
juga cincin, kaca mata, keris, tongkat komando, pakaian dan lain-lain
disimpan dengan baik di ruang ini.
Ruang VII dan VIII : Ruang Tidur Putra-Putri Jenderal A. Yani.
Di
ruang ini terdapat tempat tidur yang terbuat dari kayu, koleksi
boneka oleh-oleh almarhum, pakaian upacara adat sewaktu almarhum
mendapat gelar "Kapitan Besar Patimura", koleksi
perangko, buku-buku harian putera-puteri almarhum, pakaian almarhum,
rokok Lucky Strike yang diberikan Jenderal TNI Anumerta A. Yani sehari
sebelum meninggal kepada S. Nurdin (Wartawan Antara) di Tanjung Priok
pada upacara militer. "...Din ini sama Jullie untuk kenang-kenangan", kata beliau saat itu. Dan benda-benda koleksi lainnya disimpan dengan baik di dua ruangan iniRuang IX : Ruang Dokumentasi
Ruang ini dahulu adalah ruang tamu bagian belakang,
sekarang digunakan sebagai ruang dokumentasi. Foto dokumentasi yang
dipamerkan antara lain: lumuran darah tempat robohnya seorang putera
bangsa yang setia kepada Pancasila Jenderal TNI Anumerta A. Yani, darah
bekas seretan tubuh beliau, penggalian dan pengangkatan 7 jenazah para
Pahlawan Revolusi di Lubang Buaya, pelepasan para Pahlawan Revolusi
dari Mabesad (dahulu DEPAD), foto situasi upacara pemakaman di TMP
Kalibata, foto rumah-rumah Jenderal dan perlengkapan lainnya yang
dirusak di tempat masing-masing serta foto-foto dokumentasi kegiatan
Jenderal TNI Anumerta A. Yani sewaktu masih aktif mengabdikan diri
kepada Negara dan Bangsa Indonesia.
Ruang X : Ruang Pahlawan Revolusi.
Di
ruangan ini khusus untuk menyimpan benda-benda koleksi para Pahlawan
Revolusi yang lain. Benda-benda koleksi itu antara lain :
1. PDUB & PDUK Jenderal TNI Anumerta A. Yani.
2. PDUB Letnan Jenderal TNI Anumerta Soeprapto.
3. PDUB Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman.
4. PDUB Mayor Jenderal TNI Anumerta Panjaitan.
5. PDUB Mayor Jenderal TNI Anumerta Sutoyo.
6. Benda koleksi milik pribadi Letnan Jenderal TNI Anumerta S. Parman.
7. Benda koleksi pribadi Mayor Jenderal TNI Anumerta Panjaitan. a.l. mesin tik yang kena tembakan.
8. Benda koleksi milik pribadi Jenderal TNI Anumerta A. Yani di kantornya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar