Jumat, 03 Oktober 2014

Pendudukan Jepang di Selat Panjang

Jepang masuk ke selatpanjang



     Kepulauan meranti, negeri fajar, atau tanah jantan adalah sebutan untuk gugusan pulau yang terhampar di pantai timur pulau sumatera. Kepulauan ini terdiri dari pulau merbau, rangsang, tebing tinggi,padang, topang dan sejumlah pulau kecil lain nya. Lokasi kepulauan meranti berada di muara sungai siak, segaris dengan selat melaka dan memiliki ibukota di selatpanjang.




peta kepulauan meranti

     Deretan pulau dan kampung yang berada di kepulauan meranti tersebut telah tercatat dalam sejarah indonesia maupun negara serumpun, baik pada masa kerajaan maupun pergerakkan kebangsaan yang belum mengenal istilah negara kesatuan. Berkaca pada kenyataan tersebut maka sejarah kepulauan meranti tidak dapat di abaikan sebagai satu rangkaian sejarah nasional indonesia.

    Sejarah mencatat, keberadaan kepulauan meranti yang sangat strategis ternyata menarik perhatian banyak pihak termasuk penjajah jepang, belanda dan inggris. Di satu pihak, tempat ini menjadi basis penjajah karena kepulauan meranti merupakan pintu gerbang pulau sumatera sekaligus jembatan dengan daerah lain, seperti malaya dan temasek atau tumasik (singapura).
dipihak lain, kepulauan meranti juga menjadi basis perlawanan para pejuang kemerdekaan.
 

     sejak jaman dahulu, selatpanjang sebagai ibukota kepulauan meranti telah menjadi kota perdagangan, letak yang strategis membuat tempat ini menjadi persinggahn kapal kapal dari luar daerah, baik dari dalam maupun luar negeri, seperti malaya dan temasek yang pada masa itu masih dalam penjajahan inggris.

     Pada awal April 1942, districtschoofd  (demang atau bupati) selatpanjang, tengku Abu bakar menerima kabar dari orang orang jawa yang datang ke selatpanjang, bahwa tentara pendudukn jepang telah tiba di pulau jawa dan melakukan kekejaman. Oleh karena itu, ketika tentara negeri matahari tersebut datang ke selatpanjang dengan mengatasnamakan saudara tua, para pemimpin, pemuda, dan penduduk telah mengantisipasi berbagai kemungkinan.

     Pada senin, 6 April 1942, kapal perang jepang yang berangkat dari singapura merapat di boom (pelabuhan) selatpanjang. Mereka langsung berbaris menuju ke beberapa tempat, dengan sasaran utama adalah pusat pusat pemerintahan selatpanjang. Sepanjang jalan menuju ke kampung banglas, pekikan kata kata “merdeka “ terus di ucapkan para tentara jepang. Sebagai balasan,pekik “banzai” menyambut kedatangan bala tentara jepang menggema dimana mana, lagu kebangsaan jepang kimigayo, dinyanyikan di sepanjang jalan yang di lalui oleh pasukan ini, temasuk disekolah sekolah yang mereka singgahi.

    Gelombang kedatangan pasukan jepang ke selatpanjang berlanjut pada hari hari berikutnya, beberapa kelompok pasukan datang dari malaya, seperti daerah batu pahat dan johor bahru, namun ada juga pasukan yang datang dari tanjung balai karimun (ibukota kabupaten karimun) dan beberapa daerah lain di kepulauan riau.

     Masa awal kedatangan tentara pendudukan jepang, salah satunya ditandai dengan kunjungan ke sekolah rakyat (SR) yang berada di selatpanjang dan sekitarnya tindakan ini dilakukan dengan tujuan mengukuhkan keberadaan pemerintah pendudukan jepang diselatpanjang, serat memberikan bukti bahwa jepang memperhatikan pendidikan rakyat selatpanjang.

     Jepang juga menunjukkan sikap ingin membantu rakyat selatpanjang dalam mencapai kemerdekaan indonesia. Tentara pendudukan jepang juga membawa nyanyian perjuangan jepang dan lagu indonesia raya. Berbagai tindakan tersebut dilakukan untuk mengambil hati rakyat selatpanjang agar mendukung keberadaan tentara pendudukan jepang yang kala itu sedang terlibat dalam perang dunia ke 2.

     Di bidang pemerintahan, tentara pendudukan jepang mengganti pemimpin pemerintah sipil selatpanjang yang disebut districtshoofd. Tengku Abu Bakar yangs semula menjabat sebagai districtshoofd  selatpanjang digantikan oleh muhammad sirin dengan jabatan baru bernama Gunco (jabatan ini masih setara dengan districtshoofd). Pegawai pesuruh juga diganti ke dalam bahasa jepang yang di sebut dengan yonen.

     Sejak kedatangan tentara pendudukan jepang, pejabat tertinggi dikepulauan meranti adalah Gunco Mohammad Sirin. Wilayah kekuasaan gunco mohammad sirin meliputi seluruh kawasan kepulauan meranti yang membawahi kuco tebing tinggi, merbau, penyalai, dan serapung. Wilayah lain disekitar kepulauan meranti seperti teluk belitung diserahkan kepada Tengku Mahmud. Pada masa jepang, istilah kuco diberlakukan untuk menggantikan penyebutan onderdistrict. Kuco adalah penyebutan untuk kepala desa yang memiliki daerah kekuasaan setara kelurahan.

     Pada pertengahan bulan Juli 1942, jepang membangun jalan menghubungkan antara sumatera barat dengan pekanbaru, tepatnya di sekitar rantau berangin dan lubuk ambacang. Pembangunan ini memerlukan banyak tenaga kerja sehingga jepang berinisiatif menjadikan rakyat selatpanjang sebagai romusha ( pekerja paksa). Namun upaya ini kurang berhasil karena berbagai sebab.

     Selama masa pendudukan jepang, penduduk selatpanjang dan kepulauan meranti umumnya tidak banyak yang dijadikan romusha seperi di daerah daerah lain. Para pemimpin dan pemuka masyarakat pada waktu itu mengupayakan pada tentara jepang agar rakyat tetap dapat bekerja di selatpanjang.

     Berbagai upaya dilakukan oleh mantan districtshoofd selatpanjang, Tengku Abu Bakar dan para pemimpin pada waktu itu. Para tokoh masyarakat ini menyarankan kepada kaum muda laki laki untuk bekerja, seperti membuka kebun, nekerja di pabrik pabrik, atau perusahaan perusahaan disekitar selatpanjang. Para tokoh masyarakat ini sadar jika seseorang terbukti tidak bekerja (menganggur) maka jepang akan memaksa orang tersebut menjadi Romusha.

     Cara lain yang dilakukan adalah menyarankan kepada kaum muda agar segera menikah. Hal ini dilakukan karena dalih tidak bisa meninggalkan anak istri karena seorang romusha tidak selalu di tempatkan di selatpanjang. Namun bisa dikirim ke berbagai daerah lai  di indonesia. Cara ini dinilai cukup ampuh untuk menghindarkan diri menjadi romusha.
Istana Sultan Siak

     Upaya selanjutnya adalah meminta bantuan kepada sultan siak, Sultan Syarif Qasim 2 untuk menyampaikan kepada makio sasabaru, Gubernur milter jepang (Riau syu cokan) yang berkedudukan di pekanbaru, agar rakyat selatpanjang tidak dijadikan romusha. Berkat usah tersebutlah penduduk selatpanjang  dan sekitarnya terbebas dari kewajiban menjadi romusha.

     Salah satu bukti keberhasilan berbagai upaya yang dilakukan oleh Tengku Abu Bakar dan para tokoh masyarakat kepulauan meranti adalah peristiwa yang menimpa Syuib manaf, seorang tokoh pemuda selatpanjang. Pada waktu itu, syuib manaf telah terdaftar sebagai salah satu penduduk yang akan dijadikan romusha, namun dengan alasan bahwa syuib manaf telah bekerja sebagai pedagang dipasar selatpanjang, maka dirinya terhindar dari kewajiban sebagai romusha.

Sultan Syarif Qasim II
     Bebrapa waktu kemudian, terjadi perundingan antara jepang dengan sultan siak. Perundingan tersebut menetapkan sebuah keputusan bahwa penduduk di wilayah kekuasaan kesultanan siak termasuk kepulauan meranti terbebas dari kewajiban sebagai romusha, namun tetap diwajibkan menjadi kinrohosi, artinya kewajiban untuk bekerja tanpa diupah bagi para tokoh masyarakat, seperti pamong desa dan pegawai rendahan, serta para pemuda. Sistem kinrohosi lebih ke arah kerja bakti atau gotong royong.

Tentara jepang menerima pasukan agar rakyat selatpanjang tidak dijadikan romusha karena berbagai pertimbangan, yaitu:

1.Banyaknya badan usaha milik tentara jepang, seperti Ataka sangyo kabushiki kaisa, kaso kabushiki kaisa, okura, kumiai yang membutuhkan tenaga kerja.

Penduduk selatpanjang .

                                                                                

Di sini dulunya pernah berdiri perusahaan Kaso kabushiki kaisha milik jepang, tempat yang sekarang penuh dengan semak belukar ini berlokasi di jalan banglas ujung desa suak baru
                                                             

2. Penduduk selatpanjang lebih tepat dijadikan tenaga kerja dibadan usaha milik jepang, seperti kaso kabushiki kaisa yang menangani produksi sagu, karena dinilai lebih terampil dan berpengalaman dibandingkan dengan mereka hanya menjadi romusha.

3. Selatpanjang dan sekitarnya tidak termasuk ke dalam daerah yang padat penduduk, sehingga jika penduduk yang sedikit tersebut diambil sebagai romusha, maka sektor usaha jepang akan berhenti beroperasi. Disisi lain, jika mendatangkan pekerja dari luar kepulauan meranti maka akan menghabiskan biaya yang besar dan waktu yang lama.


4.Sultan Syarif Qasim ll selalu melakukan kontak dan pendekatan ke pihak jepang agar penduduk negrinya tidak dijadikan romusha. Sikap arif sultan ini sangat disegani oleh jepang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar